Latar Belakang
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Sedangkan Stresor adalah pengalaman seseorang yang bisa menghasilkan dan menyebabkan stres, ataupun situasi / pengalaman seseorang yang dapat menyebabkan tekanan yang dapat kita lihat dalam ketidaknyamanan kehidupan sehari-hari, misalnya : penyakit flu yang diderita seseorang dalam jangka waktu lama bahkan tahunan, adanya tugas yang yang berlebihan sehingga bisa menyebabkan seseorang cemas dan takut untuk menghadapinya, dll.
Pembahasan
A.Pengertian Stres dan Stressor
Stres merupakan suatu respons fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal. Stres menurut Hans Selye merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Stressor adalah pengalaman seseorang yang bisa menghasilkan dan menyebabkan stres, ataupun situasi / pengalaman seseorang yang dapat menyebabkan tekanan yang dapat kita lihat dalam ketidaknyamanan kehidupan sehari-hari.
B. Macam-macam Stres
1. Stres Fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti
karena temperature yang tinggi atau rendah, suara bising, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.
karena temperature yang tinggi atau rendah, suara bising, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.
2. Stres Kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat beracun, asam basa, factor hormone atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
3. Stres Microbiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.
4. Stres Fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh, diantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ, dll.
5. Stres Proses Pertumbuhan dan Perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan seperti pubertas, perkawinan, dan proses lanjut usia.
6. Stres Psikis atau Emosional
Stress yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya, atau faktor keagamaan.
C.Sumber Stressor
1. Sumber Stres di Dalam Diri
Pada umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah bebagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan stres.
2. Sumber Stres di Dalam Keluarga
Stres ini bersumber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga. Permasalahan ini akan menimbulkan stres.
3. Sumber Stres di Masyarakat dan Lingkungan
Sumber stres ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya. Karena kurangnya hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan di masyarakat sehinggah tidak dapat berkembang.
D.Faktor-faktor Penyebab Stres (Stressor)
Faktor penyebab stres itu ada tiga. Pertama, faktor BIOLOGIS. Kedua, faktor PSIKOLOGIS dan yang ketiga, faktor SOSIAL. Baiklah, mari kita bahas satu persatu.
1. Faktor Biologis
· Gen
Keadaan individu pada masa konsepsi dipengaruhi oleh sikap dan perilaku Ibu. Bagaimana ibu berperilaku ketika sedang hamil, dan asupan gizinya apakah sudah terpenuhi atau malah defisiensi. Ketika seorang ibu stress, otomatis bayi yang dikandungnyapun akan ikut stress pula. Dan kebanyakan hal ini tidak disadari oleh si Ibu sehingga pada saat melahirkan Ibu malah menyalahkan proses persalinan ketika anaknya cacat fisik atau cacat mental.
· Penyakit
Karena mempunyai penyakit langka, sulit disembuhkan bahkan tak ada obatnya, seseorang bisa saja mengakhiri hidupnya pada tali gantungan atau meminum racun. Penyakit yang membuat seseorang merasa tak berguna dan tak mungkin sembuh bisa menjadi sebuah stressor.
· Tidur
Obat capek yang paling manjur adalah tidur. Ketika porsi tidur seseorang tidak terpenuhi, maka akan terjadi tekanan dalam diri orang tersebut ditandai dengan sensitivitas yang lebih tinggi dari biasa, pusing, sulit beradaftasi dengan lingkungan dan belum menyadari dimana berada. Hal tersebut akan menimbulkan stress baik pada tingkat ringan atau tinggi.
· Postur tubuh
Kebanyakan, stressor ini menyebabkan perempuan ingin melakukan apa saja untuk mendapatkan postur tubuh yang diinginkan. Jika tidak terpenuhi, maka akan terjadi konflik dan tegangan atau stress.
· Kelelahan
Faktor ini tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu faktor penyebab stress yang paling utama. Ketika seseorang merasa kelelahan, maka hal yang ingin segera dipenuhi adalah beristirahat. Ketika keinginannya tidak terpenuhi maka akan terjadi tegangan dan menimbulkan efek yang berbahaya.
2. Faktor Psikologis
· Frustasi
Sudah sangat jelas bahwasannya frustasi adalah penyebab seseorang mengalami stress. Ketika seseorang kecewa dengan apa yang dia dapatkan, atau gagal dalam meraih apa yang diinginkan maka banyak kemungkinan, orang itu akan mengalami frustasi. Frustasi ditandai dengan menurunnya semangat hidup.
· Perasaan dan Emosi
Marah, mudah tersinggung, merasa tidak nyaman, merasa tidak aman, sedih, merasa bersalah dan lain-lain adalah contoh perasaan dan emosi yang dapat menimbulkan stress.
· Pengalaman Hidup
Perpisahan dengan orang yang dicintai adalah stressor dari psikologis yang paling banyak mempengaruhi tingkat kesadaran sesorang. Segala hal yang terjadi dalam kehidupan seseorang yang tidak sesuai dengan yang diinginkan biasanya akan menimbulkan stress.
· Keputusan Perilaku
Salah mengambil keputusan membuat orang merasa takut dan tak mau lagi menjalani hidupnya. Salah pengambilan keputusan ini menjadi salah satu faktor dari segi psikologis yang dapat menyebabkan seseorang terkena stress.
· Respon Perlawanan
Ketika seseorang melawan hal yang terjadi namun dia tetap tidak merubah keadaan. Disaat itu, seseorang akan merasa down dan tidak berguna. Stress akan datang pada orang-orang seperti itu.
3. Faktor Sosial
· Keluarga
Faktor yang menyebabkan stress dari keluarga misalnya adalah terjadi kesalahan pada pola asuh yang diberikan, broken home, keadaan sosial ekonomi yang tidak sesuai harapan serta adanya tradisi juga filsafat keluarga yang dianggap tidak sejalan dengan filsafat individu.
· Lingkungan
Peristiwa alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan longsor secara langsung akan membuat seseorang mempunyai tegangan tinggi dalam dirinya, apalagi orang tersebut menjadi korban bencana tersebut. Gaya hidup yang modern juga membuat orang mudah terkena stress.
· Dunia Kerja
Tugas yang menumpuk yang harus dikumpulkan besok, tugas yang jumlahnya sedikit namun tingkat kesulitannya tinggi, kecelakaan dunia kerja serta kemonotonan pekerjaan adalah stressor yang berasal dari dunia kerja yang mampu membuat orang mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya.
E. Tahapan Stres
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang gejala stress, kita perlu melihat apa dan bagaimana stress itu sebenarnya; apakah stress itu sebuah gejala tunggal ataukah sebuah proses. Untuk itu, kita dapat merujuk pada pendapatnya Dr. Robert van Amberg.
1. Gejala Stress Tahap I
Menurut van Amberg (dalam Hawari 2002), stress itu memiliki enam tahapan. Tahap I adalah stress paling ringan. Seseorang akan dihinggapi gejala stress yang berkonotasi positif, seperti bertambahnya semangat kerja penglihatan menjadi lebih tajam, meningkatnya rasa senang terhadap pekerjaan, dan mampu menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dari biasanya. Orang yang mengalami gejala stress Tahap I sebenarnya tengah menghabiskan cadangan energinya yang dimilikinya.
2. Gejala Stress Tahap II
Ketika stress Tahap I selesai, ia akan memasuki stress Tahap II. Jika pada awalnya menyenangkan, pada tahap ini seseorang mulai merasakan aneka keluhan sebagai gejala stress nya. Sering mengeluhkan tidak cukupnya cadangan energi, seperti cepat lelah khususnya pada sore hari, merasa letih ketika bangun pagi, jantung berdenyut lebih cepat dari biasanya alias berdebardebar, tidak bisa santai, dan otot-otot mulai terasa tegang.
3. Gejala Stress Tahap III
Apabila gejala stress ini tidak dihiraukan dan terus memaksakan bekerja, stress pun akan memasuki tahap III, di mana aneka penyakit mulai berdatangan. Semacam insomnia, diare, maag, meningkatnya ketegangan emosi, dan terganggunya sistem koordinasi tubuh badan terasa lunglai dan mau pingsan. Pada tahap ini seseorang sudah harus berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan terapi, atau melakukan terapi sendiri dengan mengurangi beban emosi dan fisik.
4. Gejala Stress Tahap IV
Jika hal ini dibiarkan, gejala stress tahap IV pun akan muncul. Gejalanya biasanya lebih berat. Sebagai contoh: seseorang sangat sulit untuk bertahan walau hanya satu hari, tidak mampu lagi menyelesaikan pekerjaan rutin, hilangnya kemampuan untuk bersikap tanggap terhadap situasi, pekerjaan yang awalnya menyenangkan menjadi membosankan dan tampak sulit, menurunnya konsentrasi dan daya pikir, dan mulai muncul perasaan takut dan cemas yang tidak jelas ujung pangkalnya.
5. Gejala Stress Tahap V
Jika keadaan terus berlanjut, seseorang akan jatuh pada gejala stress Tahap V yang ditandai dengan: kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam, tidak mampu lagi mengerjakan pekerjaan rutin walaupun itu ringan, gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro intestinal disorder), perasaan takut, kecemasan, dan kepanikan yang semakin meningkat, yang bersangkutan pun menjadi mudah bingung.
6. Gejala Stress Tahap VI
Puncaknya adalah stress Tahap VI. Inilah klimaks dari lima tahapan sebelumnya. pada gejala stress yang ke-6 ini eseorang akan mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Orang yang terkena stress Tahap VI ini seringkali harus masuk UGD berkali-kali karena beratnya keluhan yang diderita, walau secara medis tidak ditemukan “kelainan” pada fisiknya.
F. Coping (penangananan masalah)
Koping berasal dari kata coping yang bermakna harafiah pengatasan/ penanggulangan (to cope with = mengatasi, menanggulangi). Namun karena istilah coping merupakan istilah yang sudah jamak dalam psikologi serta memiliki makna yang kaya, maka penggunaan istilah tersebut dipertahankan dan langsung diserap ke dalam bahasa Indonesia untuk membantu memahamii bahwa coping(koping) tidak sesederhana makna harafiahnya saja.
Koping sering disamakan dengan adjustment (penyesuaian diri). Koping juga sering dimaknai sebagai cara untuk memecahkan masalah (problem solving).Pengertian koping memang dekat dengan kedua kedua istilah di atas, namun sebenarnya agak berbeda. Pemahaman adjustment biasanya merujuk pada penyesuaian diri dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Pemecahan masalah lebih mengarah pada proses kognitif dan persoalan yang juga bersifat kognitif. Koping itu sendiri dimaknai sebagai apa yang di-lakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai apa yang di-lakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan / luka/ kehilangan/ ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stres/ tekanan, dikutip dari Siswanto, Kesehatan Mental Konsep, Cakupan dan Perkembangannya, (Yogyakarta : Penerbit Andi, 2007), h. 60
Pemahaman terhadap gejala-gejala srres tersebut akan membuat individu mampu melakukan tindakan preventif sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari stres melalui coping yang efektif, dikutip dari Triantoro Safaria, Autisme : Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua, (Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu, 2005), h. 45
Coping (penangananan masalah) adalah pemikiran atau perilaku adaptif dalam mengurangi atau meringankan stres yang bersumber dari kondisi yang menyakitkan, berbahaya, atau menantang. Coping merupakan aspek penting kesehatan mental. Dikutip dari Diane E. Papalia “et al”, Human Development Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 904
Kata “coping” (mengatasi, menghadapi) memberikan kesan bahwa orang yang mengalami kesulitan menunjukkan perilaku yang tidak membantu mengatasi kesulitannya (“Apa Kabar?” “Oh, aku masih bertahan”). Namun beberapa orang mengatasi masalahnya dengan cara-cara yang lebih dari sekedar membantu mereka bertahan dalam kesulitan. Dikutip dari Carole Wade “et al”, Psikologi (Jakarta : Erlangga, 2007), h. 302
Ringkas kata, mekanisme coping sosial, ekspos kepada stresor kehidupan dan partisipasi dalam jaringan sosial semuanya dimediasi oleh variabel – variabel struktural. Dikutip dari Kevin White, Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit, (Jakarta : Rajawali Press, 2011), h. 94
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh tuntutan-tuntutan individu maupun lingkungannya yang menuntut dan membebani kapasitas sumber daya adaptif atau kemampuan seseorang . Dan stres sering juga disebut sebagai tekanan hidup yang sering dirasakan semua orang dalam menjalankan kehidupannya. Sehingga stres dapat menimbulnya ketegangan, kecemasan, mood, maupun penyakit fisik ataupun mental, atau mengarah ke perilaku yang tidak wajar.
Stresor adalah pengalaman seseorang yang bisa menghasilkan dan menyebabkan stres, ataupun situasi / pengalaman seseorang yang dapat menyebabkan tekanan yang dapat kita lihat dalam ketidaknyamanan kehidupan sehari-hari, misalnya : penyakit flu yang diderita seseorang dalam jangka waktu lama bahkan tahunan, adanya tugas yang yang berlebihan sehingga bisa menyebabkan seseorang cemas dan takut untuk menghadapinya, dll.
Coping stres adalah cara penanggulangan seseorang dalam menghadapi stres, baik dalam bentuk pemikiran atau perilaku adaptif seseorang dalam mengurangi atau meringankan stres yang bersumber dari kondisi yang menyakitkan, berbahaya, ataupun menantang.

No comments:
Post a Comment