Wednesday, August 24, 2016

Faktor Penyebab Pria Jadi Mandul

Infertilitas atau gangguan kesuburan bukan hanya masalah perempuan tapi juga laki-laki. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan gangguan kesuburan pada laki-laki yang bisa menyebabkan kemandulan. Apa saja itu?



Dalam waktu 50 tahun terakhir, diperkirakan kesuburan laki-laki telah menurun sekitar 2 persen per tahun. Sebagian besar gangguan kesuburan pada laki-laki ini disebabkan oleh pilihan gaya hidup yang salah.
Quote:Para ahli mengungkapkan bahwa ketika suatu pasangan mengalami infertilitas, maka sepertiganya disebabkan oleh perempuan, sepertiga disebabkan oleh laki-laki dan sepertiganya bisa disebabkan oleh keduanya.

Penyebab ketidaksuburan pada laki-laki bisa disebabkan oleh genetik, tapi ada juga yang berhubungan dengan gaya hidup. Berikut ini adalah beebrapa hal yang bisa meningkatkan risiko laki-laki menjadi tidak subur (infertil), seperti dikutip dari FoxNews, Senin (15/8/2011) yaitu:
1. Gangguan genetik
Sebuah mutasi genetik bisa menghilangkan lapisan karbohidrat di sekitar sperma sehingga mengurangi mobilitasnya. Jika laki-laki mewarisi dua mutasi genetik dari ibu dan ayahnya, maka kondisi ini akan membuatnya sulit menghamili pasangan.

2. Obesitas
Memiliki tubuh obesitas atau pun kelebihan berat badan membuat tubuh menjadi tidak sehat sehingga mempengaruhi fungsi dari setiap sel yang ada di dalam tubuh termasuk sperma.

3. Pekerjaan
Beberapa pekerjaan bisa mempengaruhi jumlah sperma seperti pelukis, tukang las, tukang bangunan, supir dan beberapa pekerja kantoran yang terlalu banyak duduk karena membuat suhu di skrotum meningkat.

4. Penyalahgunaan alkohol
Laki-laki yang menjadi seorang pecandu alkohol akan memiliki sel-sel normal yang 30 persen lebih sedikit di dalam air maninya.

5. Masalah seksual
Beberapa gangguan seksual yang dimiliki oleh laki-laki seperti ejakulasi dini atau disfungsi ereksi bisa membuat laki-laki sulit membuahi sel telur perempuan.

6. Merokok
Salah satu dampak negatif terbesar yang mungkin dirasakan oleh laki-laki perokok adalah motilitas sperma.

7. Kekurangan gizi
Untuk memiliki sperma yang sehat, maka dibutuhkan asupan zat gizi seperti vitamin C, zink, vitamin E dan beta karoten yang cukup.

8. Terpapar zat beracun
Sering terpapar zat beracun seperti yang terkandung dalam pestisida atau cat timbal bisa merusak sperma.

9. Menggunakan ganja atau narkoba
Laki-laki yang menggunakan narkoba seperti ganja atau yang lainnya bisa mengurangi jumlah total dari sperma serta volume dari air mani yang dimilikinya.

10. Sering memangku laptop
Jika sering menggunakan laptop, sebaiknya diletakkan di meja atau menggunakan pelapis, karena memangku laptop bisa meningkatkan suhu di skrotum yang mempengaruhi kualitas dari sperma.


            Patut pula dicatat, kesuburan pria juga kian menurun sejalan dengan bertambahnya umur. ''Sampai menjadi kakek pun sperma masih bisa dihasilkan, akan tetapi potensi untuk mendapatkan anak dengan kelainan makin besar''

"

Mengenai penyebab infertilitas pada pria
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi : 
Pertama adalah faktor genetik. Pria dengan kromosom berjumlah 47 (XXY), kata dia, tidak akan menghasilkan sperma. Sementara pria dengan jumlah kromosom 46 tetapi tipe XX, maka spermatogenesis-nya (proses pembuatan sperma) akan terganggu.
Selain faktor genetik, ada pula faktor dari luar yang bisa didapat dari penyakit menular seksual. Jika tak ditangani sebagai mestinya, penyakit ini berpotensi menyumbat saluran keluar sperma atau merusak spermatogenesis-nya. ''Radiasi juga bisa menurunkan fertilitas, bahkan menyebabkan kemandulan.''


Thanks to detikhealt.com, kaskus.co.id, republika.co.id 

Kata Kunci : 
Mandul
Penyebab mandul
Penyebab pria mandul
Pria mandul
Pria jadi mandul

Sunday, August 14, 2016

The 10 Secrets to Speaking English



Assalamu alaikum guys, on this article, i want to give you 10 secrets to speaking english.

1. Self-Esteem

     The most important aspect of speaking is having good self-esteem. Self-esteem is how a person feels about himself. This includes “self-talk”, how a person thinks or what a person says to himself. What a person feels determines what he thinks, and what he thinks determines what he says and how he says it. A person who feels good about himself will say good things and speak well. A person who feels bad about himself will think negative thoughts and not have self-confidence. 

     Then fear will cause a person to not speak. When most Chinese people are asked how their English is, or if they are told their English is very good, they immediately respond by saying, “Oh, my English is very poor. I have no chance to practice.” A student of English should not say this to himself or to others. A person who says it often enough will begin to believe it and soon will be paralyzed and unable to speak. Students will begin to forget what they know since the right brain cannot speak or use the knowledge stored in the left brain. A person learning to speak English must put the Chinese custom of modesty (saving face) aside. When complimented, the correct response is “Thank you.” When asked, “How is your English?” or criticized, a good answer is “I love to speak English,” or “My English is improving,” or “I am working very hard to improve my English.” These positive statements will reinforce positive thoughts and good feelings. With increased confidence a person will overcome fear and speak more freely. The mind is the most fantastic computer in the universe. Saying or thinking negative thoughts will short circuit the mind or give it deadly viruses.

2. Teaching Others

     It is a known fact that the teacher learns more than the student. One receives more when one gives. When a person only receives, he becomes crippled and soon dies. First of all, a person who teaches someone else to speak English forgets his inhibitions and concentrates on helping. This is a key process in learning. The teacher actually receives more than he gives. The teacher becomes better at speaking when he gives others instructions and encouragement. Secondly, the person who speaks is forced to utilize all the skills of speaking well. The brain is forced to remember what is stored in the left brain, transfer it to the right side, translate it from Chinese into English, and then verbalize it. 

     A teacher must speak to teach. The teacher hears himself speak and recognizes needs and self corrects while teaching, correcting and encouraging the student(s). It’s a great method and a self-motivating process. For thousands of years, this method has been a powerful secret to learning. Remember that teaching others stimulates improvement.


3. Singing Songs

     Singing songs has magic that no other exercise can duplicate. A person who sings English songs over and over again will automatically memorize words and phrases. When someone says, “Let’s sing ‘Jingle Bells’ or ‘Happy Birthday’, immediately a person begins to sing the song exactly right without even thinking about it. There is no hesitation, no translation, no confusion. Also, singing allows for the practice of saying words and, at the same time, practices pronunciation because singers verbalize each word more slowly and exactly with the music. That’s what music does for a person who wants to speak English. Good songs with good words are a great aid to speaking fluently. It is amazing how quickly singing helps a person to speak. Finally, the Chinese language has many tones and in a way the language is sung. When songs are sung in English, the brain can quickly connect the thoughts and meaning with sound.

4. Talking to the TV & Radio

     There are English speaking television and radio channels. Watching and listening to them is important, but talking to them is even more important. This may seem strange to family and friends, but it is almost as effective as having a native speaker present. Listening is a great way to learn, but speaking back and asking questions benefits the mind and speaking mechanism as if a real person were there. True, the TV and radio will not answer questions nor pause for comments. Nevertheless, a person’s listening skills will improve and his ability to ask good questions and give good answers will also improve. This is a good method. This method will require concentration since people habitually just “listen” to the radio and TV. Listening is good, but speaking is better. It makes all the difference.

5. Reading Aloud and Reading A Lot

     Good teachers always emphasize the value of extensive reading. It’s through reading many stories and books that one absorbs the culture, meaning, and beauty of a language. So the student must Read! Read! Read! But in addition to just reading, students should read out loud. Little children learn to speak by listening to their mothers read to them. Mothers learn to read and speak better by reading and speaking to their children. Together, both the reader and listener learn to tell stories, adding drama and emphasis to words and expressions. It’s important to read to others whenever possible. If there is no one to read to, students can read to themselves. It’s important to read aloud a lot!

6. Calling Others on the Telephone

     This is one of the most common and most helpful methods of improving spoken English. First, language students must identify others who are willing to speak to them in English on the telephone. These can be friends, classmates, workmates or family members. Students can either make surprise calls or make appointments to speak with a number of people every day. At first, conversations may only last a few minutes, but with practice, time spent speaking will increase. The value comes in developing the ability to hear and understand the other unseen person. Repeating parts of the conversation and asking the other person to repeat parts of the conversation might prove useful. Soon the ear will become accustomed and the speech will also improve allowing both parties to better understand each other. This can be a fun and very useful practice that exercises the brain, ears and tongue.

7. Group Participation

     A student in a formal English class at a school, university, or training company must participate. It is vital to ask questions, offer opinions and actively contribute to the class’s speaking activities. It’s only the active participant whose mind and mouth work together to speak and improve speaking. The left brain of a passive spectator will record what is seen and heard while the right brain weakens and speaking difficulty increases. Also, a person cannot participate unless he attends. Active, dedicated members of a class practice many of the skills necessary to increase verbal speech.

8. Interpreting for Others

     Interpreting is one of the strongest methods of exercising the whole brain to improve speaking ability. Interpreters must draw on their left brain reserves while exercising their right brain skills. It is similar to teaching others, but even more powerful because the person interpreting must hear in Chinese, mentally understand and translate information in the mind, then almost instantly verbalizes these ideas correctly in English. The more advanced the English speaking ability, the better the interpretation. It is important to begin very early to interpret, not waiting for proficiency in speaking. Interpreting is not translating written documents which are mostly a left-brain skill.

9. Memorizing New Words and Phrases

     In order to progress in learning to speak English, new words must be added to the vocabulary. Always having a small list of words and using them in every day conversation is vital to mastery. Speaking new words in sentences will bring ownership. Doing this faithfully over a period of a few years will build a vocabulary as large as most native English speakers. More effective than just adding new words is adding entire sentences. Great progress comes when quotes and phrases are not just memorized but used in daily speech. The key is to Speak! Speak! Speak!

10. Read, Write, and Memorize Poetry

“     Words do not convey meaning, they call it forth.” David O McKay. Like music, poetry enlightens the soul while it exercises the mind in rhythm and vivid imagery. By reading, writing and memorizing poetry, a person is exercising one of the highest forms of spoken English. It energizes both the left and right brain while it conditions thinking and trains the tongue.


Well, just do the tips and let's see how well your English speaking skill will be. and may be you like this one 7 Tips for speaking English Fluently

Keyword : 
Belajar bahasa inggris
tips and trik
english is fun
study english
speaking english fluently

NB.Thanks to Violee06 on Kaskus.co.id

Saturday, August 13, 2016

Teori Keperawatan Calista Roy




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

      Kesehatan adalah proses menjadi terintegrasi dan dapat mencapai tujuan untuk hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan. Hal tersebut dapat ditunjang dengan adanya perawatan yang baik dalam menjaga kesehatan hidup. Salah satu penunjang tersebut dapat dilihat dari tujuan keperawatan yaitu meningkatkan respon adaptasi yang berhubungan dengan adaptasi mode, informasi tentang tingkat adaptasi manusia dan stimulus fokal, konstektual dan residual.
      Penerapan konsep model praktek bagi para perawat dapat diambil atau diadaptasi dari berbagai sember model yang telah berkembang sejak dahulu, yang sudah dikembangkan dan dikombinasikan oleh para pakar keperawatan. Konsep dan teori dari pakar keperawatan ini bisa dimanfaatkan sebagai panduan dan acuan dalam dunia keperawatan serta untuk mengetahui bagaimana batasan dan kewenangan yang diperbolehkan bagi perawat.
      Menjadi seorang perawat tidak hanya terampil dalam edukatif dan promosi kesehatan saja tetapi perlu adanya 4 macam elemen penting, seperti yang diungkapkan oleh Sister Callista Roy dalam teori dan model keperawatan yaitu : keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai teori dan model keperawatan menurut Roy akan dibahas pada bab berikutnya.
B. Tujuan Penulisan
            Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1.   Menjelaskan pengertian dan
konsep dasar model keperawatan Callista Roy
2.   Mengetahui kelebihan dan kelemahan konsep dan teori model praktek Sister
      Callista Roy.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Riwayat Hidup Callista Roy
      Suster Callista Roy adalah suster dari Saint Joseph of Carondet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College di Los Angeles dan Magister Saint in nurshing pada tahun 1966 di Universitas California Los Angeles. Setelah mendapat gelar perawat Roy memulai pendidikannya di sosiologi dan menerima gelar M.A tahun 1973 dan ph.D tahun 1977 di universitas California.
      Pada saat bekerja ditingkat magister, dalam sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Roy bekerja sebagai staf perawat pediatric dan mengumumkan daya lenting dari anak-anak dan menambahkan respon ke perubahan fisiologis-psikologis. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Konsep pokok dan model ini dikembangkan saat Roy lulus dari universitas di California Los Angeles dari tahun 1964 sampai tahun 1966. Roy mulai mengoperasikan modelnya pada tahun 1968 ketika Mount Saint Marys College menggunakan kerangka adaptasi yang didirikan oleh seorang Pisipol dari kurikulum keperawatan. Roy menyesuaikan model pertama yang di hadirkan dari literatur dalam artikel yang diterbitkan in nursing outlook pada tahun 1970.
      Roy mengasosiasikan ke professor dan ketua dari departemen or nurshing di Mount Saint Marys College hingga 1982. dari tahun 1983-1985 Roy sebagai Robert wood Johnson Post Doctoral Fellow di universitas California San Fransisco sebagai sarjana perawat di Neuroscience. Selama ini Roy melakukan pencarian pada intervensi perawat bagian luka-luka dan pengalamannya dari perawat model pada klinik. Pada tahun 1988 Roy baru memulai menyusun lulusan teori perawat di Sekolah Boston College of Nursing.

      Roy menerbitkan banyak buku, artikel periodical dan menghadirkan banyak kuliah dan workshops pada teori adaptasi perawatnya. Sebagian tentang budi pekerti dan uraian yang baru dari Roy Adaption Model ( RAM ) yang diterbitkan di buku The Roy Adaptoin Model merupakan ungkapan yang pasti.
                  Pada tahun 1981 Roy adalah seorang dari Sigma Theta Tau dan Roy pun menerima hadiah National Founder selama bertahan di Fosterus Proffesional Nurshing Standars. Prestasinya masuk pada tahun 1984 sebagai kehormatan dokter dari Humane Letters oleh Alverno College. Pada tahun 1985 mendapat kehormatan dokter dari timur Michigan University dan pada tahun 1986 A.J.N menghadiahi buku untuk model adaptasi utama Roy. Roy diakui di dunia siapa wanita itu ? kepribadian dari Amerika dan sebagai Follow of the American Academy of Nurshing.

B.  Sumber Teori
            Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai
fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan
individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
1.                  Focal stimuli : Individu segera menghadap
2.                  Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.
3.                  Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.
                  Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana menentukan stimulus akan mendatangkan respon hal yang positif maupun negatif. Sesuai dengan teori Helson, adaptasi adalah proses yang berdampak positif terhadap perubahan lingkungan.
            Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy mengembangkan dan memperluas model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode.
      Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Sejak itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklasifikasi, menyaring dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk penyaringan model.
            Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai kemanusiaan. Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari tubuh manusia dan spiritnya.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy
                  Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih baik jika mengetahui filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis dan metode empiris.
                  Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) : Roy memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity.
                  Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingin tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan sesama dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi, bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.
                        Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
1.                  Tujuan eksistensi manusia
2.                  Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
3.                  Aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
4.                  Nilai dan arti kehidupan.
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi dari konsep mayor Callista Roy,
  •  Sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input, control, proses, output dan umpan balik.
  • Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konsektual dan residual.
  • Droblem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
  • Stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif.
  • Stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
  • Stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
  • Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural, cemikal dan proses endokrin.
  • Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar.
  • Model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran, interdependensi dan konsep diri.
  • Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.
  • Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses adaptasi dilakukan.
  • Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan.
  • Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di dalam hubungannya di lingkungan sosial.
  • Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support sistem.


3.11. Model Konseptual Callista Roy
                  Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
         Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy :
1.      Keperawatan : menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu       dan praktek. Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya, peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain, kondisi seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.
2.      Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang adaptif manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang memiliki input, control, output dan proses umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit secara keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa tujuan.
3.      Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini manusia digambarkan sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses, proses yang pertama dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dan proses yang kedua adalah mekanisme koping yang menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
4.   Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem yang adaptif.
3.1.2  Teori Penegasan
               Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu:
-     Fungsi atau proses control yang terdiri dari :
1.            Kognator
2.            Regulator
-          Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu
1.            Fisiologi
2.            Konsep diri
3.            Fungsi peran
4.            Interpendensi
Regulator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Berikut penjelasan dari empat efektor yang telah disebutkan
a.      Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1.Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu     ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2.Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3.Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
4.Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5.Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6.The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7.Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8.Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9.Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991)
b.Mode Konsep Diri       
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1.                  The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2.                  The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
c.   Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .
d.      Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
               Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
               Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.
            Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy
            Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga dapat mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih menjadi pegangan bagi para perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau memiliki kelebihan dalam penerapan konsepnya dibanding dengan konsep lainnya. Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori praktek
            Dan dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.
            Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress. Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.


 BAB IV
PENUTUP
4.1   Kesimpulan
      Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan, timbal balik dan out come. Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam teori out come ditegaskan oleh penulisnya sebagai “ konsep artikulasi yang baik dari seseorang sebagai pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang beraturan “ roy dalam mengaplikasikan konsep-konsepnya yang berasal dari system dan disesuaikan kepada pasien yang telah mempersembahkan artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan peralatan untuk praktik, pendidikan, dan penelitian.
      Konsep-konsepnya tentang person (Roy menjelaskan bahwa person bisa berarti individu, keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-masing sebagai sistem adaptasi holistik. Roy memandang person secara menyeluruh atau holistik yang merupakan suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya. Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi bahan dan energi. Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan menyebabkan perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi ) dan proses kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat
4.2.   Saran
               Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari setiap konsep dan model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu membandingkan teori dan model praktik yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika, norma dan budaya.
               Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit . Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain.
            Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap mampu mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.           
            Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat adanya perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang mengalami kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi didalam dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang mudah untuk diterima. Jika perawat dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan melaksanakan fungsi perannya secara optimal.



Tuesday, August 9, 2016

Florence Nightingale (The Lady with the Lamp)

Ass...
Kali ini saya ingin membagi sejarah mengenai Florence Nightingalae. So buat yang belum tahu siapa itu Florence Nightingale, yuk dibaca dan dicerna baik-baik.

salah-satu-foto-terakhir-florence-nightingale1
 

Florence Nightingale lahir di Firenze (Florence), Italia tanggal 12 Mei 1820. Ayah Florence bernama Wiliam Nightingale seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London. Ibunya Frances (“Fanny”) Nightingale née Smithketurunan ningrat, keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence memiliki seorang kakak bernama Parthenope. Semasa kecil Florence Nightingale tinggal di Lea Hurst yaitu sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya. Saat usia remaja, Florence tidak seperti anak ningrat kebanyakan yang suka bermalas-malasan dan berfoya-foya, Florence lebih banyak beraktivitas diluar rumah membantu warga sekitar yang membutuhkan.


Tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman. Ia mengenal lebih jauh tentang Rumah Sakit Modern Pioner yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner bersama istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran dari kalangan katolik. Disana Florence terpesona akan pekerjaan sosial keperawatan yang dipraktekan oleh para biarawati, Florence pulang ke Inggris dengan membawa angan-angannya tentang kepera


watan.


Tahun 1851 saat Florence menginjak usia 31 tahun ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes (seorang penyair dan seorang nigrat) namun lamaran tersebut ditolaknya karena pada tahun tersebut Florence sudah membulatkan tekadnya untuk mengabdikan dirinya didunia keperawatan. Keinginan Florence menjadi perawat ditentang keras oleh ibu dan kakaknya karena pada saat itu ditempatnya perawat dianggap sebagai pekerjaan hina. Ayahnya setuju jika Florence mengabdikan diri untuk kemanusiaan, namun ayahnya tidak setuju jika ia menjadi perawat di rumah sakit, karena saat itu rumah sakit adalah tempat yang kotor dan menjijikan.


Namun, Florence tetap pergi ke Kaiserswerth untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati disana, ia belajar disana selama empat bulan, walaupun ditekan oleh keluarganya yang khawatir terjadi implikasi sosial yang timbul karena seorang gadis yang menjadi perawat serta latar belakang RS yang Katolik sementara Florence dari Kristen Protestan. Selain itu, Florence pernah bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis.


Tanggal 12 Agustus 1853, Florence kembali ke London dan bekerja sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil di Upper Harley Street, London. Posisi ini ia tekuni hingga Oktober 1854, karena tahun ini terjadi perang krimea sehingga ia menjadi sukarelawan untuk merawat korban perang. Ayah Florence memberinya €500 pertahun (Setara Rp.425 juta pada saat sekarang) sehingga ia dapat hidup nyaman dan meniti karirnya.


Di rumah sakit ini ia berargumentasi keras dengn komite rumah sakit karena menolak pasien yang beragama katolik, Florence mengancam akan mengundurkan diri kecuali pihak rumah sakit merubah peraturan memberinya izin tertulis bahwa; “ Rumah Sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam”. Dan akhirnya komite rumah sakit pun menyetujuinya.


Meletusnya perang di Semenanjung Krimea tahun 1854 yang memakan banyak korban membuat Florence mengajukan surat kepada mentri penerangan inggris saat itu (Sydney Hubert) untuk menjadi sukarelawan, ia merupakan sukarelawan wanita satu-satunya yang mendaftarkan diri. Tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang telah ia latih termasuk bibinya Mai Smith, mereka berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal, bulan November 1854 mereka mendarat di di rumah sakit pinggir pantai di Scutari.
a-ward-of-the-hospital-at-scutari-where-nightingale-worked-from-an-1856-lithograph1



Kondisi rumah sakit tersebut saat Florence baru tiba disana sangat mengerikan, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit yang terluka dan berates-ratus prajurit bergelimpangan dihalaman tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat. Potongan-potongan tubuh sisa amputasi tertumpuk diluar jendela dan tidak ada yang membuangnya sehingga menggunung dan menimbulkan bau tak sedap.


Florence melakukan perubahan-perubahan penting, ia mengatur tempat tidur para penderita diruangan dan untuk penderita diluar ruangan ia mengusahakan setidaknya bernaung dibawah pohon dan ia juga menugaskan mendirikan tenda. Penjagaan dilakukan secara teliti, begitu juga perawatan dilakukan dengan cermat; perban diganti secara berkala, obat diberikan pada waktunya, lantai rumah sakit dipel setiap hari, meja kursi dibersihkan, baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan bantuan tenaga dari penduduk setempat. Akhirnya gunungan potongan tubuh manusia selesai dibersihkan, dibuang jauh-jauh dan dikubur. Dalam sebulan rumah sakit berubah sama sekali, jeritan dan rintihan prajurit yang terluka sudah berkurang, walaupun bau akibat tumpakan daging belum hilang sama sekali. Para perawat yang bekerja disana dibawah pengawasan Florence Nightingale. Pada malam hari ketika perawat lain beristirahat memulihkan diri, Florence menilis pengalamannya dan cita-citanya tentang keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.


Kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak terhadap jumlah kematia para prajurit, angka kematian menjadi yang terbanyak diantara rumah sakit lain didaerah tersebut. Sebagian besar para prajurit mati karena penyakit tipes, tifoid, kolera, dan disentri dabandingkan dengan kematian akibat luka-luka perang. Kondisi rumah sakit menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari daya tampungnya sehingga menyebabkan pembuangan limbah dan ventilasi memburuk.


Pada bulan Maret 1855 setelah hampir enam bulan Florence disana, komisi kebersihan inggris datang memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara sehingga jumlah kematian menurun drastis. Sebelunya Florence yakin bahwa tingkat kematian prajurit yang tinggi dikarenakan nutrisi yang kurang dari makanan dan juga beban bekerja yang berat bagi prajurit, namun setelah kembali ke inggris dan mengumpulkan bukti-bukti dihadapan komisi kesehatan tentara inggris, akhirnya Florence menyadari bahwa tingkat kematian yang tinggi diakibatkan karena kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan, sehingga ia gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal utama. Kampanya tersebut berhasil menurunkan angka kematian prajurit pada saat tidak terjadi peperangan dan Florence menunjukan betapa pentingnya desain pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.


Pada saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.Rombongan pertama datang namun ternyata jumlahnya sedikit, Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.


Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuranuntuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia.Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.


Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.

statue-of-florence-nightingale-in-waterloo-place-london



Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Nightingale memainkan peran utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Nightingale menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.


Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada saat perang. Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama “Dana Nightingale”, dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyelamatkan banyak jiwa dari kematian.


Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita yang pertama. Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lainsikapnya menghadai seseorang yang terdidik. Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London.


Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London.


Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi. Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita. Pada tahun 1870-an, Linda Richards, “perawat terlatih pertama Amerika“, berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.


Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria. Pada tahun 1907 Florence Nightingale dianugerahi dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini. Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.


Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910. Ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.


Wassalam.. :)